Harga Strawberry Sembalun Melonjak Akibat Perubahan Iklim

wisatawan memetik Strawberry di salah satu penyedia paket wisata petik Strawberry di Sembalun.

Lombok (netlombok)-

Harga strawberry di Sembalun, Lombok Timur mengalami kenaikan hampir seratus persen. Penyebabnya karena anomaly cuaca (perubahan iklim) yang mengakibatkan gagal panen.

IKLAN

Pariwisata Sembalun terus naik daun. Didukung akses infrastruktur yang sangat memadai, terutama jalan-jalan nasional yang mulus dan lebar. Baik dari arah utara, maupun arah timur. Setiap akhir pekan, atau libur panjang, Sembalun selalu ramai. Wahana wisata juga terus bertambah.

Semestinya, ramainya wisatawan berkunjung ke Sembalun menjadi moment yang sangat ditunggu-tunggu para petani, terutama petani strawberry. Namun akibat cuaca yang tidak menentu, berdampak kepada produksi komoditas pertanian hortikultura ini.

Harga strawberry saat ini sudah naik hingga Rp80.000 perkilo. Pada saat produksi normal, harganya dikisaran hingga Rp50.000 perkilo.

Menurut keterangan Ibu Haikal, salah satu pedagang strawberry, banyak tanaman strawberry petani tidak berkembang. Bunganya gugur, dan tanamannya membusuk akibat tiba-tiba hujan.

“Bulan ini sedang musim panen seharusnya. Tapi banyak yang rusak, panennya kurang. tidak banyak yang nanem strawberry karena cuaca ini,” terangnya.

Perubahan iklim terjadi sejak awal tahun 2022 lalu. Fenomena hujan dimusim kemarau terjadi hingga saat ini. intensitas hujan tinggi terutama sejak bulan November 2022. Sehingga tidak banyak petani yang menanam strawberry.

“Yang nanam Cuma pemilik lahan yang menyiapkan paket wisata petik strawberry. Itupun tidak banyak yang berhasil karena lahannya menjadi sangat basah,” jelas Ibu Haikal.

Seharunya, bulan bulan ini adalah musim petani strawberry menikmati hasil. Sayangnya, intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan petani strawberry beralih ke tanaman lain hortikultura lainnya.

Senada dengan yang dikemukakan Rohit, petani sekaligus pedagang strawberry. Terbatasnya produksi strawberry terjadi sejak tahun lalu. Padahal, strawberry adalah salah satu alasan wisatawan memilih mengisi waktu luang ke Sembalun.

“strawberry tidak terlalu senang kalau banyak hujannya. Makanya tidak banyak yang menanam. Orang kalau mau petik strawberry sekarang agak becek. Yang dipetik juga  kurang. kalau paket wisata petik strawberry tetap ada,” imbuhnya.

Dampak dari terbatasnya produksi strawberry adalah harga yang mengalami kenaikan. saat normal harga satu mika sedang hanya Rp15.000, sekarang ini mengalami kenaikan menjadi Rp25.000.(DLN)